Suhu, sesepuh, emak, bapak, kakak, adik, embah, semuanya. Baiklah enggak usah banyak cincong nih. Btw ini fanfiction pertamaku tentang salah satu member 5 Seconds of Summer, mungkin ntar ada personil lain di kelanjutan ceritanya. Naaaaahh.. berhubung lagi cupet nentuin judul, jadinya judulnya 5 Seconds of Summer deh. Kurang kreatif nih semoga aja ada saran di sepanjang menggarap cerita "ngimpi" ini..
Oya untuk part 1 tokohnya baru ada dikit dan silahkan tokoh "Aku" nya dinamain sendiri ya. Nama kakak boleh, temen boleh, nama kalian juga boleh banget *apasih.. Lanjut..
5 Seconds of Summer #1
“Wohooo!!!”
Begitulah teriakan anak – anak
saat jam kuliah berakhir. Yang ini sangat berbeda. Tentu saja, kita akan
memasuki liburan musim panas. Summer!
Musim panas disini tak sepanas
ketika kita berjemur di Indonesia maupun berjalan – jalan siang bolong di
jalanan kota Dubai. Aku masih bisa merasakan dingin, walaupun bulan ini lebih
hangat ketimbang beberapa bulan sebelumnya. Aku sangat sangat rewel terhadap
segala cuaca baru. Terlebih ini adalah negara pertama dan paling utara yang
pernah kukunjungi.
Ya, kini aku berada di Finlandia
dimana negara yang memiliki suhu sangat dingin. Negara ini termasuk wilayah
negara nordik, bertetangga dengan Sweden, Norway dan Denmark. Suhu terdinginnya
mencapai -20⁰ C bahkan ketika summer, negara ini tetap dingin (walaupun bagi masyarakat
summer adalah bulan – bulan hangat tetapi menurut masyarakat tropik ini sudah
lumayan dingin). Ukuran suhu yang sangat jarang ditemui di Indonesia. Di titik
paling utara Finlandia, matahari tidak terbenam selama 73 hari di waktu musim
panas. Di wilayah yang lain, ketika summer memiliki siang yang panjang dan
malam yang pendek.
Menjadi mahasiswa ilmu sosial dan
budaya di negeri orang memang tak seburuk bayangan. Tentu saja ini
menyenangkan. Kita memiliki banyak teman baru, kondisi baru, pengalaman baru,
budaya baru dan semua pasti serba baru.
Sebagai mahasiswa perantauan di
negeri orang? Pasti hal itu akan membuat kalian berfikir, entah beberapa kali.
Ada yang merasa sedih karena mereka tentu akan tinggal jauh dari orang tua,
hidup mandiri dan harus dapat me–manage keuangan kita selama hidup. Untuk
beberapa anak yang terbiasa bergantung pada orang tua pasti akan merasakan
kesusahan dan kesedihan pada masa awal perantauan mereka. Namun itu tidak akan
berjalan lama. Kesedihan akan hilang seiring berjalannya waktu sesuai dengan
cara mereka beradaptasi terhadap lingkungan dan kondisi. Bagaimanapun mereka
akan menemukan kenyamanan masing – masing.
Begitupula kita awalnya akan
merasa senang karena ada beberapa hal yang tidak pernah kita temui di negeri
asal seperti contoh salju. Mereka yang tidak mengalami musim sajlu tentu akan
merasa senang ketika menyentuh salju. Hari pertama terlewati dengan agenda
membuat boneka salju, minum cokelat panas atau makan roti jahe. Hari kedua,
mungkin lebih baik jika digunakan untuk ‘hunting’ beberapa pemandangan dan foto
diri. Hari ketiga, keempat, kelima berjalan sesuai rencana. Pada akhirnya dua
minggu berselang mereka mengeluhkan beberapa masalah seperti kedinginan,
kehabisan bahan makanan, dan bahkan mengatakan bahwa mereka tidak dapat dengan
bebas memakai baju ketika hangout. Manusiawi memang. Itu juga terjadi padaku.
Kembali pada ‘Summer’.
Mungkin aku menghabiskan liburan
kali ini dengan... pulang kampung (sumpah?). Bukan, bukan. Maksudnya adalah
pulang ke kampung halaman dimana keluarga angkatku tinggal. Sebenarnya tidak jauh,
hanya menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari tempat tinggalku, maksudku adalah
asrama di Helsinki.
Akhir pekan, kampus sangatlah
ramai. Aku tidak tahu persis memang, ini ramai atau memang telah menjadi
kebiasaan mereka berkumpul di kampus pada liburan musim panas. Tetapi
sepengetahuanku, selama liburan musim panas, kampus mengadakan Summer Course,
semacam program pertukaran pelajar selama musim panas dengan durasi 3 – 5
minggu pendidikan. Jelas saja aku belum
begitu banyak mengerti tentang ini, aku hanya mendengar kabar dari rektorat.
Aku baru menginjakkan kaki selama
7 bulan di kampus ini. Terkenal dengan sifat yang tertutup, pendiam, polos, dan
sedikit cerdik, itulah aku. Semua anak kampus memanggilku dengan nama “Si
Cerdik dari Asia”. Mereka menganggap cerdik, pintar, rajin, pandai, dan pendiam
adalah sebuah spesies langka di kampus. Dan kau tahu, gelar ini hanya
dinobatkan bagi para pertukaran pelajar. Aku harus merasa senang atau terhina?
Kenyataannya bahwa aku selalu mendapatkan nilai jelek di kelas, dan mereka
memanggilku dengan nama cerdik.
“Hai, cerdik! Kau akan melakukan
kegiatan apa untuk menghabiskan liburan?” Tanya seorang lelaki membuyarkan
lamunanku. Aku yang sudah menata buku dengan rapih tiba – tiba sudah berserakan
lagi.
“Tidak ada,” ucapku kecut.
“Tidak ada? Lalu apa fungsinya
kau datang kemari?”
“Tentu saja untuk belajar”.
“Ngeh. Terlalu polos. Kau akan
menyesal kalau tidak menggunakan waktumu selama disini untuk bersenang –
senang,” ucap lelaki itu sedikit mengejek.
“Kau pikir begitu?” tanyaku
dengan nada menantang.
“Sudah. Kau jangan menyangkalku.
Sebaiknya kau ikut aku saja supaya tidak menyesal. Ya, itu kalau kau mau. Aku
tidak memaksa kok..” ucapnya sedikit merayu. Aku hanya meliriknya sebentar lalu
membereskan buku – bukuku yang diberantakinya.
Heh kutil, udah berantakin sekarang malah enggak bantuin.
“Tapi sebaiknya kau ikut saja. Ini
pasti akan sangat seru!” ucapnya melanjutkan, “tetapi aku tidak memaksa..”
Sebal mendengarnya, akhirnya aku
angkat bicara, “sudah berapa kali kau mengatakan aku-tidak-memaksa? Tetapi
tetap saja memaksa!”
“Baru dua kali”
“Bahkan aku tidak mengenal kamu
siapa, bagaimana bisa aku mempercayai seseorang yang membuatku sebal?”
Ia hanya tersenyum puas lalu
menyodorkan tangan kanannya, berbulu, dan aku sangat geli sekali melihatnya.
“Kalau begitu, aku Luke Hemmings”.
Aku membalasnya, “baiklah Luke,
aku akan sedikit bertanya.”
Ia mengangguk, lalu aku
melanjutkan. “Bagaimana bisa tanganmu seperti monyet?”
“Nge?”
“Berbulu. Itu-tangan,” ucapku
geli seraya menunjuk lengannya.
“Oh Ini? Aku merawatnya dengan
sangat sabar,” ucapnya bangga. Melihat ekspresiku, ia mengubah nada bicara,
“apa? Kau ingin aku mencukurnya?”
“Sepertinya itu lebih baik,”
ucapku terkekeh.
Baiklah. Lelaki yang menyebalkan,
banyak bicara dan berbulu tadi adalah Luke Hemmings. Pembicaraan kami lanjutkan
seraya menikmati udara sejuk dibelakang gedung A6 yang dipenuhi dengan
pepohonan rindang.
Luke adalah mahasiswa ilmu sosial
3, dan aku masih belum mengerti mengapa dia mengajakku untuk bersenang –
senang. Apa mungkin dia akan meracuniku? Membiusku? Menculikku? Atau mem-bully?
Aku sungguh khawatir karena ia terkenal dengan sifatnya yang jahil, konyol,
sedikit nakal, malas, jorok dan suka bermain wanita. Begitulah teman – teman
mendeskripsikan sosok Luke Hemmings. Namun terlepas dari itu, ia termasuk
mahasiswa yang memiliki banyak idola dan sedikit lebih pintar dariku.
Apa mungkin karena ia terkenal,
sangat hiperaktif dalam berbagai kegiatan, dan seorang putra pebisnis? Apa
semua itu berhubungan dengan idola Hemmings?
“Mungkin,” ucap Charlotte sedikit
meyakinkan. Aku semakin penasaran dengan Luke. Sepertinya aku ingin mencari
sisi kelemahannya. Untuk senjataku.
“Apakah dia memiliki kelemahan?”
tanyaku berharap.
“Maksudmu?”
“Kelemahan Luke,” ucapku sedikit
menekankan.
“Oh kelemahan? Kelemahannya
adalah dia tidak pintar, sangat konyol dan terkadang autis”.
Duh.. tepok jidat deh
*****
Berhubungan dengan acaraku dan
Luke (dan mungkin dengan beberapa temannya), akhirnya aku memutuskan untuk
menelpon saudara angkatku. Memberi tahu bahwa aku tidak akan pergi untuk minggu
ini. Maka minggu depan kuputuskan untuk benar – benar mengunjungi keluargaku di
Torino.
Hari pertama liburan musim panas,
sepertinya tak banyak ku habiskan waktu untuk berjemur maupun berenang. Bahkan
aku tak memiliki waktu untuk itu. Kali ini aku akan pergi bersama teman baruku,
Luke. Ia berjani akan memperkenalkan Finlandia padaku. Walaupun sebenarnya dia
berasal dari Australia, namun sepertinya ia sudah cukup lama menetap di negara
dingin ini.
Dari : Luke
Hai, cerdik! Apakah siap untuk liburan hari
pertama?
Untuk : Luke
Kapanpun..
Tak berapa
lama suara mobil Luke terdengar. Aku segera mempersiapkan apa yang harus
kubawa. Oya, karena asrama ini dikhususkan untuk kaum wanita, maka luke tidak
dapat masuk. Jadi, aku tengok saja dia melalui jendela lalu berteriak, “Luke!
Tunggu!”
Bergegas aku
turun. Tiba – tiba petugas absensi dan pengurus kamar pun datang menghentikanku..
Bersambung....
Article with great details on this marvelous site.
BalasHapusAEEE Admit Card 2017
TS ICET Admit Card 2017
BITSAT Slot Booking 2017
TS ICET Application Form 2017
TS ICET Hall ticket 2017
CG PET Application Form 2017
BITSAT Slot Booking 2017
SSC JE Answer Key 2017
JUVNL AE JE Technical Staff Exam Result 2017
SSC JE Answer Key 2017
Sarkar 3 trailer
Treat Fibromyalgia
BalasHapusThis is really wonderful site with great details.
UPESEAT Admit Card 2017
JKCET Admit Card 2017
HPCET Admit card 2017
JEE Main 2017 Answer key
CIL Management Trainee Answer Key 2017
CMC Vellore MBBS Exam Pattern and Syllabus 2017